Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia Dipusatkan di Desa Margasari Lamtim

SUKADANA (Lampost.co) — Peringatan Hari Lahan Basah Dunia 2019 tingkat nasional dipusatkan di Dusun VII Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Kamis (2/5/2019).

Peringatan ini bertujuan untuk mendorong aksi konservasi dan pemanfataan lahan basah secara bijaksana (wise use) melalui aksi nasional dan kerjasama internasional untuk mewujudkan pembangunan secara berkelanjutan (sustainable development).

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, mengatakan lokasi ini dipilih karena keberhasilannya dalam mengembalikan dan mempertahankan ekosistem mangrove yang sempat rusak bahkan hilang pada 1990an.

“Dengan kesadaran masyarakat dan dukungan para pihak diantaranya Departemen Kehutanan saat itu, pemprov Lampung dan pemkab Lampung Timur, serta Perguruan Tinggi, akhirnya hutan mangrove berhasil berkembang dengan baik,” ujarnya.

Menurutnya, masyarakat Desa Margasari dan Desa Sriminosari telah merasakan arti penting lahan basah khususnya mangrove bagi kehidupan mereka. Pada 1990an, pesisir Labuhan Maringgai diterjang abrasi hebat, hal ini antara lain disebabkan pembukaan kawasan mangrove untuk lahan tambak.

“Sejak 2000an, masyarakat sekitar mulai melakukan kegiatan rehabilitasi mangrove yang didukung dan fasilitasi dari berbagai pihak, seperti Lampung Mangrove Center yang kerjasama antara Universitas Lampung, Pemerintah Daerah dan Masyarakat berhasil mengembalikan keberadaan hutan mangrove,” tambahnya.

Gubernur Lampung M Ridho Ficardo yang diwakili Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Syaiful Bachri mengapresiasi kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan khususnya Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) atas perhatian dan dukungan selama ini, khususnya yang memilih Lampung sebagai pusat peringatan Hari Lahan Basah se Dunia 2019.

“Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem penting di pesisir, selain ekosistem pantai dalam aspek ekonomi dan ekologi, hal ini dikarenakan kawasan mangrove yang baik menjadi habitat dari flora dan fauna yang bermanfaat bagi masyarakat pesisir, terutama berbagai ikan, udang, kepiting yang dapat dinikmati oleh masyarakat,” ungkapnya.

Sumber

Comments are closed.