SUKADANA (Lampost.co)–Pemerintah Kabupaten Lampung Timur terus berupaya meningkatkan produksi kedelai nasional dengan sasaran mencapai swasembada pada tahun 2020. Budi daya kedelai pada sawah tadah hujan bereaksi masam berbasis pupuk hayati dan pupuk organik mendukung pencapaian swasembada kedelai.
Kepala Badan Litbang Pertanian Provinsi Lampung Muhammad Syakir, Senin (13/8/2018) mengatakan, acara hari ini merupakan rangkaian kegiatan “Pengembangan Teknologi Unggul Budidaya Kedelai pada Lahan Sawah Tadah Hujan (BIO-DETAS).
Upaya penyediaan bahan pangan, sumber karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan senyawa fungsional untuk kesehatan tidak boleh puas karena hanya tersedia cukup, melainkan harus mampu diproduksi dalam negeri, agar sebagai negara yang besar lagi berdaulat mampu berdiri tegar menjadi negara berwibawa, bermartabat, serta tidak banyak tergantung pada negara manca untuk urusan kebutuhan pokok rakyatnya.
Menurutnya, jumlah penduduk Indonesia yang besar (kini sekitar 252 juta jiwa) dan terus meningkat 1,4%/tahun, dibarengi dengan membaiknya tingkat pendapatan, pendidikan, serta kesadaran masyarakat atas pentingnya kesehatan, akan bermuara pada meningkatnya kebutuhan pangan dalam jumlah, ragam, maupun kualitasnya.
Berkenaan dengan Kemandirian pangan tersebut, Pemerintah Indonesia telah bertekad untuk meningkatkan produksi tujuh komoditas bahan pangan, yakni: beras, jagung, kedelai, gula, cabai, bawang merah, dan daging sapi, menjadi berswasembada.
“Bagi beras status swasembada kini telah tercapai, untuk jagung Insya Allah dalam tahun 2018 ini tergapai. Selanjutnya untuk yang lain, khususnya kedelai, pemerintah tak ingin berlama-lama lagi, dipercepat diupayakan pada tahun 2019/2020 status swasembada dapat dinikmati,” paparnya.
Kini dan ke depan lanjutnya, pembangunan pertanian nasional menghadapi aneka tantangan yang semakin berat dan kompleks, diantaranya adalah, lahan pertanian efektif menyusut, khususnya di Jawa, karena terdesak oleh dan berkompetisi dengan peruntukannya di luar sektor pertanian. Perubahan iklim global yang secara keseluruhan berdampak pada meningkatnya gangguan poduksi pertanian oleh faktor biotik dan abiotik. Globasilasi masyarakat dunia berujung pada kompetisi dalam memasarkan produk pertanian, serta menurunnya minat generasi muda untuk mau dan menekuni usaha pertanian.
“Berkenaan dengan tantangan permasalahan itu semua, maka inovasi teknologi menjadi sangat penting dalam memproduksi pangan pada khususnya, serta pembangunan pertanian pada umumnya (Innovation based Agriculture Development). Inovasi yang dibutuhkan adalah yang mampu meningkatkan produksi yang berkualitas secara efisien, dan ramah lingkungan,” terangnya.
Ia mengatakan, bagi indonesia upaya untuk meningkatkan produksi pangan tidak dapat hanya bertumpu pada pemanfaatan lahan subur atau optimal saja yang luas efektifnya terus berkurang, dan ratio keterbagiannya per orang semakin turun drastis.
Comments are closed.